Keberadaan manusia di masyarakat termasuk peserta didik baik secara perse-orangan maupun secara kelompok terlihat gejala yang mendasar, yakni: (a) terdapat persamaan dan perbedaan antara orang yang satu dengan lainnya, (b) setiap orang memerlukan orang lain, (c) hidup manusia mengikuti aturan-aturan tertentu, (d) hidup itu tidak hanya di dunia fana tetapi juga menjangkau kehidupan di akhirat. Gejala yang mendasar ini dapat dirumuskan sebagai dimensi kemanusiaan, yang mencakup: dimensi keindividualan (individualitas), dimensi kesosialan (sosialitas), dimensi kesusilaan (moralitas), dan dimensi keberagamaan (religiusitas) (Prayitno, 1990).
Selayaknya manusia menunjukkan suatu keutuhan. Manusia seutuhnya selayaknya mencerminkan kualitas manusia sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya serta berkembangnya secara optimal keempat dimensi kemanusiaannya tersebut. Manusia seutuhnya adalah mereka yang mampu menciptakan dan memperoleh kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungannya berkat pengembangan secara optimal segenap potensi yang ada pada dirinya (dimensi keindividualan), seiring dengan pengembangan suasana kebersamaan dengan lingkungan sosialnya (dimensi kesosialan ), sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku (dimensi kesusilaan), dan segala sesuatunya itu dikaitkan dengan pertanggungjawaban atas segenap aspek kehidupannya di dunia terhadap kehidupan di akhirat kelak (dimensi keberagamaan ). Ini adalah fenomena atau gejala di satu sisi.
Fenomena atau gejala di sisi lain, menunjukkan bahwa keadaan masyarakat Indonesia bahkan dunia kian berkembang atau berubah. Teknologi dan Informasi demikian pesat perkembangannya, demikian pula globalisasi membuat perubahan masyarakat dunia. Manusia tidak dapat mengelak dari perubahan-perubahan itu. Dalam menghadapi perubahan itu ada yang pesimis namun juga ada yang optimis. Dengan kata lain, globalisasi dan derasnya arus informasi akan memberikan dampak yang besar terhadap seluruh warga masyarakat termasuk peserta didik baik yang menyikapinya secara pesimistik maupun yang optimistik.
Salah satu dampak nyata dari modernisasi dalam era globalisasi adalah apa yang dapat kita sebut peningkatan kebutuhan dan keinginan-keinginan warga masyarakat, baik dalam jenis maupun dalam intensitasnya…Keinginan yang semakin meningkat itu sebenarnya adalah sesuatu hal yang wajar dan baik asalkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral dan sosial yang diterima oleh masyarakat, serta sesuai dengan kemampuan individu atau kelompok yang bersangkutan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Di pihak lain, keinginan yang terus meningkat itu dikhawatirkan akan menimbulkan akibat-akibat yang tidak enak bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan yang seimbang dengan tuntutan keinginan yang semakin meningkat tersebut. Mereka yang kurang beruntung itu akan menghadapi berbagai kesulitan yang dapat bermuara pada frustrasi atau pun rasa keterasingan (Prayitno, dkk, 1994:6-7).
Di samping itu, perubahan yang cepat dalam masyarakat sebagai akibat dari berkembang pesatnya teknologi dan derasnya arus informasi; disadari maupun tidak menuntut warga masyarakat termasuk peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri secara memadai agar tidak ”menjadi korban” akibat dari laju perubahan yang cepat itu. Bagi mereka yang tergolong mampu menyesuaikan diri dengan baik atau memadai (well-adjusted) kiranya tidak terlalu menjadi masalah, namun tidak semua warga masyarakat mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik; sehingga dapat berakibat negatif yang lebih jauh lagi, seperti: frustrasi, stres, minder, bertingkah laku aneh, bertingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma: masyarakat, agama, susila, dll.
Sebagai peserta didik, khususnya peserta didi sekolah menengah, mereka tengah melakukan proses-proses untuk mencapai tugas-tugas perkembangannya yang merupakan tugas yang harus dilakukan. Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu peride tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksa-nakan tugas-tugas berikutnya; sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut akan menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan mengalami kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya (Havighurst, 1961:2). Rumusan ini meng-implikasikan bahwa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya pun ada kemungkinan mengalami kegagalan, dan mengisyaratkan perlunya memperoleh perhatian dari pihak-pihak terkait agar tidak mengalami kegagalan.
Jadi, kaitannya dengan dampak globalisasi, dampak dari pesatnya kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi , kemungkinan adanya kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembang- annya; untuk dapat mewujudkan dirinya sebagai individu yang ”utuh”, warga masyarakat termasuk peserta didik mutlak perlu melakukan penyesuaian diri sedemikian rupa sehingga dapat terhindar dari kemungkinan mengalami kegagalan dalam mewujudkan diri sebagai pribadi yang ”utuh”.Untuk itu diperlukan suatu layanan bantuan profesional yang salah satunya dan selama ini sudah berjalan adalah layanan bimbingan dan konseling.