8/7/11

Orientasi Bimbingan dan Konseling

Orientasi ialah ”pusat perhatian” atau ”titik berat pandangan”. Seseorang yang berorientasi ekonomi dalam pergaulan, maka ia akan menitikberatkan pandangan atau memusatkan perhatiannya pada perhitungan untung rugi.

       1.    Orientasi Perseorangan
Orientasi perseorangan bimbingan dan konseling menghendaki agar konselor menitikberatkan pandangannya pada siswa secara individual. Satu per satu siswa perlu mendapat perhatian.
Berkenaan dengan isu ”kelompok” atau ”individu”, konselor memilih individu sebagai titik berat pandangannya. Dalam hal ini individu diutamakan dan kelompok dianggap sebagai lapangan yang dapat memberikan pengaruh tertentu terhadap individu.
Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling dapat dicatat sebagai berikut:
a.    Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran layanan
b.    Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-motivasinya, dan kemampuan-kemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan potensianya itu ke arah pengembangannya yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungannya.
c.    Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual (Rogers, dalam McDaniel, 1956)
d.    Adalah menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan dan perasaan klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan dengan kebutuhan klien setepat mungkin.

       2.    Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri individu.
Peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya.
Secara khusus, Thompson & Rudolph (1983) melihat perkembangan individu dari sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak-anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk.
a.    Hambatan egosentrisme, yaitu ketidakmampuan melihat kemungkinan lain di luar apa yang dipahaminya.
b.    Hambatan konsentrasi, yaitu ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada lebih dari satu aspek tentang sesuatu hal.
c.    Hambatan reversibilitas, yang ketidakmampuan menelusuri alur yang terbalik dari alur yang dipahami semula.
d.    Hambatan transformasi, ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada susunan urutan yang ditetapkan.
       Thompson & Rudolph menekankan bahwa tugas bimbingan dan konseling adalah menangani hambatan-hambatan perkembangan itu.

       3.    Orientasi Permasalahan
Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus, banyak mengalami hambatan dan rintangan, yang dapat mengganggu tercapainya kebahagiaan. Agar tujuan hidup dan perkembangan, yang sebagian adalah tujuan bimbingan dan konseling, itu dapat tercapai dengan sebaik-baiknya, maka risiko yang mungkin menimpa kehidupan dan perkembangan itu harus selalu diwaspadai. Kewaspadaan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
Orientasi masalah secara langsung bersangkut-paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi-fungsi lain, yaitu fungsi pemahaman, dan fungsi pemeliharaan/pengembangan pada dasarnya juga bersangkut-paut dengan permasalahan pada diri klien.

AKAR BK UNS Surakarta

 
Design by MAS-F production | Bloggerized by Aliph Pakingso - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting