Kematangan Emosi yaitu kemampuan menerima hal-hal negatif dari lingkungan tanpa membalasnya dengan sikap yang negatif pula, melainkan dengan kebijakan (A.D Martin). Maksudnya adalah jika seseorang menemui situasi negatif orang tersebut tidak lantas membalas dengan emosi yang yang negatif, tetapi ia akan menelaah dan memikirkan reaksi yang akan dikeluarkan agar tidak berdampak negatif pula sehingga emosi yang keluar adalah kebijakan.
Jadi sebenarnya kematangan emosi amat penting ketika manusia menghadapi atau berhubungan dengan orang lain. Dimana emosi yang ditampilkan akan berdampak pada diri sendiri atau orang lain.
Sebagai contoh ketika seorang sales manager dari sebuah farmasi yang sedang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi karena ada janji harus bertemu klien (dokter sebagai pelanggan), dan akan mempromosikan produknya. Namun tiba-tba ada mobil lain yang menyalip jalannya sehingga agak menyerempet dan membuat kaget sang manager. Dengan cepat sang manager turun dari mobil dan marah-marah dengan mengeluarkan kata-kata pedas dan menyinggung perasaan orang yang menyalip, sehingga terjadi baku hantam antar kedua orang tersebut.
Akhirnya kedua orang yang berkelahi tersebut tampak babak belur. Hal ini berakibat gagalnya rencana sang manager untuk bertemu dengan kliennya. Karena tidak mungkin untuk menemui klien dengan keadaan kusut dan muka penuh luka. Dan bagi orang yang menyalip pun tentu saja sama dengan sang manager gagal akan rencana dan masih menyimpan rasa sakit hati atas perkataan yang dilontarkan sang manager.
Contoh lain adalah cerita tentang seorang penguji piranti lunak (Michael McDermott) berusia 42 tahun yang bekerja pada perusahaan Konsultan internet di wilayah Boston, pada tanggal 26 Desember 2000 memasuki tempat kerjanya, bersenjatakan sepucuk senapan serbu AK-47, senapan berburu dan senjata genggam semi otomatis, dia membunuh tujuh rekan kerjanya. Mengapa? Dia diduga marah terhadap rencana majikannya karena mentaati tuntutan Internal Revenue Service untuk menahan sebagian dari gajinya guna melunasi pajak yang belum dibayar sebelumnya. Bagi McDermott, kemarahan memicu kekerasan.
Dari contoh kejadian di atas dapat kita lihat bahwa emosi yang tidak dikendalikan dapat berakibat buruk terhadap kegiatan kita maupun orang lain, meskipun sudah direncanakan dengan matang. Bahkan emosi ini dapat mengganggu produktivitas kerja, dan mengakibatkan stres, bahkan kematian.
Dampak ini telah diteliti oleh negara bagian Amerika Serikat yang dimuat diJournal of American psichological Association, data empiris menunjukan bahwa perkembangan emosi negatif di kantor mengakibatkan peningkatan kejadian pindah tempat kerja (turnover), absen dari jadwal kerja, komunikasi dan penyerangan secara fisik, juga stres, hilangnya jam produktif, tidak saling percaya antar rekan kerja, dan inefisiensi dalam pengambilan keputusan.
Penelitian lain yang ditemukan oleh Hans Selye dan kawan-kawan (1976) tentang adanya hubungan erat antara emosi negatif dengan munculnya stres. Lebih lanjut stres akan memicu timbulnya penyakit jantung, sakit kepala, gangguan mental tertentu, alergi, asma, dan juga kanker. Oleh karena itu penting kiranya untuk mengatur dan mengelola atau mengendalikan emosi demi mendapatkan “kematangan emosi” dalam diri kita.
Kematangan emosi didapat jika kita menyadari sepenuhnya emosi yang ada dan bagaimana mengeluarkannya. Orang yang memiliki kematangan emosi akan menjadi tuan atas emosinya, maksudnya ia akan mengatur emosi apa yang hendak dikeluarkannya. Sebagai contoh ketika melihat anak kita mencuri. Kita menyadari ada sebuah prinsip yang dilanggar, lalu kita menjadi marah kepada anak. Maka kemarahan ini termasuk cerdas, karena telah disadari. Artinya ada alasan yang jelas mengapa marah itu muncul.
Menurut Hurlock (1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu:
a. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
b. Pemahaman diri. Individu yang matang, belajar memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat
c. Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang matang berusaha menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut.