9/3/11

Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)


Dapat dikatakan bahwa pelopor dari teori Conditioning ini adalah Pavlov seorang ahli psikologi-refleksotogi dari Rusia. la mengadakan percobaan-percobaan dengan anjing.

Dari hasil percobaan-percobaan yang dilakukan dengan anjing itu Pavlov mendapatkan kesimpulan bahwa gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari; dapat berubah karena mendapat latihan, Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned reflex) keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat dan refleks bersyarat/refleks yang dipelajari (con­ditioned-reflex) - keluar air liur karena menerima/ bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau terhadap suatu bunyi tertentu. Sesudah Pavlov, banyak ahli-ahli psikologi lain yang mengadakan percobaan-percobaan dengan binatang, antara lain Guthrie, Skinner, Watson dan lain-lain.

Watson mengadakan eksperimen-eksperimen tentang perasaan takut pada anak dengan menggunakan tikus dan kelinci. Dari hasil percobaannya dapat ditarik kesimpulan bahwa perasaan takut pada anak dapat diubah atau dilatih. Anak percobaan Watson yang mula-mula tidak takut kepada kelinci dibuat menjadi takut kepada kelinci. Kemudian anak tersebut dilatihnya pula sehingga tidak men­jadi takut lagi kepada kelinci.

Demikianlah maka menurut teori conditioning, belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu.

Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang diutama-kan dalam teori ini ialah hal belajar yang terjadi secara otomatis.Penganut teori mi mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain adalah hasil daripada conditi­oning.

Yakni hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat/perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya di dalam kehidupannya.

Kelemahan dari teori conditioning ini ialah, teori ini menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis ; keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya.

Peranan latihan/kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tahu bahwa dalam bertindak dan berbuat sesuatu, manusia tidak semata-mata tergantung kepada pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya; sendiri memegang peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori ini hanya dapat kita terima dalam hal-hal belajar tertentu saja; umpamanya dalam belajar yang mengenai skills (kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.


AKAR BK UNS Surakarta

 
Design by MAS-F production | Bloggerized by Aliph Pakingso - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting