TEORI PSIKOANALITIK KONTEMPORER
Psikologi Ego
Pemimpin teori yang baru ini adalah Heinz Hartman (1958, 1964). Teori yang baru ini mengemukakan konsep otonomi ego. Hartmann mengajukan postulasi bahwa ada suatu fase pada awal kehidupan ketika ego dan id terbentuk. Ego tidak muncul dari suatu id yang bersifat bawaan, tetapi masing-masing sistem bersumber pada predisposis-predisposis tertentu yang bersifat inheren dan masing-masing memiliki arah perkembangannya sendiri yang mandiri. Selain itu, ditegaskan bahwa proses-proses ego dijalankan oleh energi-energi seksual dan agresi yang telah dinetralkan. Tujuan proses-proses ego ini dapat terlepas dari sasaran-sasaran yang bersifat murni instingtif.
Untuk melakukan adaptasi-adaptasi yang efektif terhadap dunia, ego memiliki proses-proses kognitif berupa mempersepsikan, mengingat dan berpikir. Salah satu akibat dari penekanan baru pada proses-proses kognitif ego ini ialah ditariknya psikoanalisis semakin dekat dengan psikologi.
Psikolog Harvard, Robert White (1963), mengemukakan bahwa ego tidak hanya memiliki energi instrinsiknya sendiri, tetapi juga terdapat kepuasan-kepuasan instrinsik ego yang tak tergantung pada pemuasan-pemuasan id atau insting. Kepuasan-kepuasan ego yang otonom ini meliputi hal-hal seperti eksplorasi, manipulasi, dan kemampuan yang efektif dalam melaksanakan tugas.
Psikologi ego yang dikemukakan oleh psikoanalis Inggris, Ronald Fairbrain (1952), yaitu, ia yakin bahwa ego sudah ada pada saat kelahiran, memiliki struktur dinamikanya sendiri, dan merupakan sumber bagi energinya sendiri. Sesungguhnya, hanya ada ego, tidak ada id.
Teori ego yang baru ini telah menarik banyak psikolog karena teori ini terfokus pada pokok persoalan tradisional dalam psikologi yakni, persepsi, ingatan, belajar, dan berpikir. Teori itu juga memiliki daya tarik karena menekankan proses-proses dan tingkah laku khas orang normal yang bertentangan dengan proses-proses dan tingkah laku menyimpang orang yang sakit. Selanjutnya, teori ego cenderung memberi tekanan lebih besar pada aspek-aspek rasional, sadar, konstruktif kepribadian manusia, berlawanan dengan tekanan psikoanalisis klasik pada aspek-aspek tak sadar dan irasional. Akhirnya, dikataka bahwa teori ego lebih “humanistic” daripada teori psikoanalitik ortodoks.
Psikoanalisis dan Psikologi
Psikoanalisis dan psikologi memiliki latar belakang ilmu pengetahuan abad XIX yang sama, tetapi keduanya tetap terpisah satu sama lain selama bertahun-tahun karena keduanya memiliki minat yang berbeda. Dalam tahun-tahun permulaan, psikologi menyelidiki unsur-unsur dan proses-proses kesadaran.
Sebaliknya, psikoanalisis merupakan sejenis psikologi tentang ketidaksadaran, perhatian-perhatiannya terarah pada bidang-bidang motivasi, emosi, konflik, symptom-simptom neurotic, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter.
Erik H. Erikson
Sumbangan-sumbangan sangat penting yang telah diberikan Erikson meliputi dua topik utama :
Teori psikososial tentang perkembangan dari mana muncul suatu konsepsi yang luas tentang ego.
Penelitian-penelitian psikosejarah yang menerangkan psikoanalisisnya dengan contoh dari individu-individu termasyur.
Teori Psikososial tentang Perkembangan
1. Kepercayaan dasar versus kecurigaan dasar
2. Otonomi versus perasaan malu dan keraguan-keraguan
3. Inisiatif versus kesalahan
4. Kerajinan versus inferioritas
5. Identitas versus kekacauan identitas
6. Keintiman versus isolasi
7. Generativitas versus stagnasi
8. Integritas versus keputusasaan
Konsepsi Baru tentang Ego
Erikson telah memberikan pada ego sejumlah kualitas yang jauh melampaui konsepsi psikoanalitik pendahulu tentang ego. Tipe ego yang digambarkan oleh Erikson dapat disebut ego kreatif
Erikson berpendapat bahwa suatu identitas harus berpijak pada tiga aspek kenyataan, aspek yang pertama adalah aspek faktualitas, yang kedua adalah aspek universalitas dan yang terakhir adalah asepek aktualitas.
Psikosejarah
Erikson mendefinisikan psikosejarah sebagai penelitian kehidupan individual dan kolektif dengan memakai gabungan antara metode – metode psikoanalisis dan sejarah.
A. Sejarah Kasus & Sejarah Kehidupan
Dalam sejarah kasus, orang berusaha menerangkan mengapa seseorang menjadi ambruk; dalam sejarah kehidupan orang berusaha menerangkan bagaimana seorang berusaha tetap bertahan meskipun dilanda konflik – konflik, kompleks – kompleks, dan krisis – krisis.
B. Metodologi Psikosejarah
Erikson telah meletakkan aturan – aturan yang cukup keras mengenai prosedur suatu penelitian psikosejarah .Dalam menginterpretasikan setiap pernyataan yang dibuat seseorang tentang kehidupannya harus dipertimbangkan beberapa pertanyaan. Interpretasi harus cocok dengan tahap perkembangan pada saat mana peristiwa itu dan juga harus runtut dengan keseluruhan kontinuitas kehidupan seseorang.
Status Sekarang dan Evaluasi
Status Erikson sekarang sebagai seorang pemikir, sarjana, guru dan penulis adalah sangat terhormat, tidak hanya di kalangan akademik dan professional tempat ia berkarya, tetapi juga di kalangan umum.
Para psikolog berpendapat bahwa Erikson telah memberikan sumbangan untuk perkembangan kepribadian, setara dengan apa yang telah dilakukan Piaget tentang perkembangan intelektual.
Erikson telah dikritik karena pandangannya yang terlalu optimistik tentang manusia, sebagaimana Freud yang masih terus dikritik karena pandangannya yang pesimistik. Erikson telah dicela karena memperlunak teori Freudian dengan memusatkan diri pada kekuatan – kekuatan ego, yang rasional, dan kesadaran, dengan mengorbankan id, yang irasional, dan ketidaksadaran. Suatu kritik halus menuduh Erikson mendukung status quo ketika ia berkata bahwa individu harus belajar tunduk atau menyesuaikan diri dengan pranata–pranata masyarakat tempat ia berkembang.